SELAMAT DATANG DI HALAMAN KOMUNITAS KEANGKATAN LAUTAN & MARITIM
Alamat : Jalan Pulau Galang Raya Kelapa Gading Barat Jakarta Utara Indonesia.
Mobilphone :
+6281244581965, e-mail : uninesia@gmail.com
SEJARAH DUNIA MEMBUKTIKAN BAHWA : " KECIL ANGKATAN LAUT SUATU NEGARA, MAKA LEMAH NEGARA ITU ----- BESAR ANGKATAN LAUT SUATU NEGARA, MAKA KUAT NEGARA ITU "

Kamis, 14 Juni 2012

AGENDA TERSEMBUNYI DI ALKI II (LAUT SULAWESI)


Uninesia, Jakarta - Sejak 2005, Amerika Serikat mulai memberikan perhatian kembali dalam bidang kerjasama militer dengan Indonesia. Salah satu concern adalah di bidang keamanan maritim, yang mana pada Fiscal Year (FY) 2006 dan FY 2007 terdapat Section 1206 “train and equip”. Berdasarkan amanat itu, Washington memberikan sejumlah radar maritim untuk dibangun di Selat Malaka dan Selat Makassar-Laut Sulawesi. Pertanyaannya, kenapa negeri itu seperti tiba-tiba concern dengan perairan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, bukan saja Selat Malaka seperti yang selama ini muncul di media massa.



Mengutip kesaksian Admiral William Fallon saat menjadi Commander, U.S Pacom di depan The Senate Armed Forces Committee tanggal 7 Maret 2006, hal itu dilatarbelakangi oleh kekhawatiran aktivitas terorisme di Filipina (selatan), Malaysia (Sabah) dan Indonesia di sekitar Laut Sulawesi. Sebagai informasi, Adm Fallon pada 28 Maret 2008 dicopot dari jabatannya sebagai Commander, U.S. Central Command gara-gara mengkritik kebijakan Gedung Putih di Area of Responsibility Central Command (AOR Centcom) (Iran). Dan 18 April 2008 Fallon resmi pensiun dari U.S. Navy melalui sebuah upacara di atas geladak kapal induk USS Theodore Roosevelt (CVN-71). Kenapa dilepas di atas kapal induk? Karena beliau adalah naval aviator.


Kembali ke topik semula, kekhawatiran itulah yang menjadi alasan mengapa dalam dua tahun anggaran, Pentagon memberikan bantuan radar maritim kepada Indonesia untuk dipasang di dua perairan strategis. Selain pemasangan radar, sekitar dua tahun silam U.S. Pacom juga melaksanakan latihan Visit, board, search, and seizure (VBSS) di Laut Sulawesi sekitar Tarakan. Konon kabarnya, lokasi latihan mereka yang langsung ditunjuk oleh Mabes TNI.


Dibandingkan dengan kehebohan di Indonesia ketika pendahulu Fallon yaitu Admiral Thomas Fargo memperkenalkan Riverbend Maximum Security Institution (RMSI) pada Maret 2004, kehadiran Amerika Serikat di ALKI II dan Laut Sulawesi nyaris tidak mendapat perhatian besar dari publik Indonesia. Padahal isu yang diusung tidak kalah “seram”, yaitu perang terhadap terorisme. Seperti kita ketahui, di negeri kita ada kantong-kantong anti Washington yang bila digelitik sedikit saja, mereka pasti akan mewarnai pemberitaan di media massa.

Merespon perkembangan itu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh Indonesia....?. Dari aspek militer, meningkatkan kehadiran Angkatan Laut di ALKI II dan Laut Sulawesi, menurut saya merupakan pilihan yang logis. Karena bagaimana pun, kehadiran intensif U.S. PacFlt di sana harus ”diimbangi” oleh kehadiran armada kita. Kalau tidak, khawatir dia ”macam-macam” di sana. Kita sama-sama tahu, Washington dalam bekerja sama dengan negara-negara lain suka mendiktekan kehendaknya, tidak mau dengarkan keinginan mitra.

Menurut pendapat saya, sepertinya ada agenda lain mengapa dia hadir di sana. Agendanya adalah to contain China, salah satunya melalui laut. Selat Malaka praktis sudah dalam kendali Washington lewat kehadiran U.S. Commander, Logistics Group Western Pacific (COMLOG WESTPAC) di Changi Naval Base, Singapura. Tugas pokok COMLOG WESTPAC kan dukung operasi U.S. 7th Flt. Tinggal perairan ALKI II-Laut Sulawesi yang belum sepenuhnya dikendalikan sama dia. Sementara di utara dari Laut Sulawesi, militer Amerika Serikat sudah lama bercokol di Filipina.


Kalau kita ikuti tulisan-tulisan strategis di U.S. Naval War College Review saja, setidaknya sejak 2005 sampai sekarang isinya sebagian membahas soal Cina. Mulai dari minyak sampai ke pengembangan kapal selam. Juga soal perhatian Cina terhadap taktis kapal selam Amerika Serikat. Bahkan ONI/Office of Naval Intelligence sudah menerbitkan laporan intel yang sangat lengkap tentang PLAN, mulai dari masalah perumahan, perkawinan, doktrin, korps perwira, enlisted sampai organisasinya. Judulnya China’s Navy 2007.

Demikian soal agenda lain di ALKI II-Selat Makassar. Yah sepanjang kehadiran Amerika Serikat di sana juga berimbas pada capacity building kita, sepatutnya kita terima saja. Yang penting tidak mengganggu kepentingan nasional yang survival atau vital. Kalau kita tolak, dia pasti akan cari jalan lain untuk hadir di sana. Misalnya kerjasama dengan satuan darat yang bermarkas di Trunojoyo. Kalau bicara soal itu, saya jadi teringat latihan maritim U.S. Pacom dengan satuan darat itu di sekitar Laut Sulawesi. Mengapa hal demikian bisa terjadi.............???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar